Pagi ini, terasa cukup hangat di
kulitku, walau sebenarnya matahari sudah cukup tinggi. Sekitarku terasa sunyi.
Kicau burung dan gemericik hiasan gantung yang telah kulupakan namanya
terdengar jelas dari luar jendelaku.
Pagi ini,
hembusan lembut udara pagi
menerpa wajahku. Tidak begitu dingin namun cukup menyejukan. Kupandangi keluar
jendela kamarku yang berjeruji. Hijau jadi warna yang paling banyak ditangkap
retina mata.
Pagi ini,
aroma masakan ibuku
mengalir lembut kedalam hidung. Bau yang menggugah selera. Bau yang membuat
niatku untuk kembali tidur terkurungkan dalam benakku. Bau ini membuatku
terduduk, berusaha berdiri dari ranjangku, dan tersenyum membayangkan asalnya.
Pagi ini,
aku berusaha mengingat
ingat mimpiki. Awal mula, serta akhirnya. Mimpi yang indah, namun apadaya aku
terbangun. Kupanjangkan tanganku seakan berusaha meraihnya. Meraih mimpi yang
jauh tinggi, entah dimana. Aku tersenyum.
Pagi ini,
aku menyantap masakan
ibuku dengan lahap, tanpa ragu, dan tanpa malu. Secangkir kopi instan menemani
santap pagiku. Uap masih mengepul diatas cangkir kopiku.
Pagi ini,
saat seluruh keluargaku
terlihat di ruang makan, bibirku terbuka dan kuucapkan, “Selamat Pagi ...”