Minggu, 01 Februari 2015

W N E



Aku tahu aku dapat mengangkat mereka lebih tinggi, lebih dan lebih tinggi lagi. Mungkin bagiku  itu adalah hal yang sulit, namun melihat secercah cahaya kebanggaan dalam mata mereka membuatku selalu berharap aku dapat melakukannya. Sekarang aku terpelanting jatuh. Jatuh kedalam lubang busuk dimana sampah berserakan. Dalam harapku hanya ada keinginan agar aku tak membusuk disini, dalam lubang yang gelap, sempit, dan lembab ini. Disekitarku ada orang – orang yang berusaha bangkit dari lubang ini, walau mereka belum menyadari betapa sulitnya beranjak dari sini. Mungkin orang – orang ini belum pernah melihat cahaya diatas sana, hembusan angin sejuk, serta sinar hangat yang begitu nyaman, yang menunggunya di luar lubang. 

Namun orang – orang ini tidak menyerah, mereka tetap tersenyum berusaha bangkit, mendaki sedikit demi sedikit, demi melihat dunia diluar lubang yang mereka khayalkan setiap malamnya. Orang – orang ini begitu gigih, lalu mengapa aku tidak. Maafkan egoku, namun aku tidak akan mendaki perlahan, sedikit demi sedikit. Aku akan berusaha mencari tali dan pijakan, berusaha melompat dan mendaki dengan cepat. Aku tidak mau melihat punggung mereka berjalan lebih jauh lagi. Sudah tertanam dalam benakku, aku akan keluar dari lubang ini, dan berlari menyusul mereka. Sebisa mungkin aku akan berusaha berada di atas batu besar yang menghalangi mereka, mengangkat mereka kembali dengan kedua tanganku, dan melihat kembali cahaya kebanggaan atas diriku dalam tatapan mereka. Aku tidak perduli bilamana tanganku ini harus hancur, putus, dan tercerai berai. Selama aku bisa melihat cahaya itu, sudah cukuplah bagiku. Setelah itu kami akan berjalan berdampingan kembali, atau berpencar ke tiga penjuru mata angin dengan sangat cepat. Ya, sejujurnya, aku benar – benar mengharapkan itu terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar